Unras.com – Jeddah – Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) secara resmi mengadopsi usulan Liga Arab untuk mengambil alih Jalur Gaza. Keputusan ini diumumkan dalam pertemuan darurat yang digelar di Jeddah, Arab Saudi, hanya tiga hari setelah Liga Arab meratifikasi rencana tersebut dalam pertemuan puncak di Kairo. OKI juga menyerukan kepada masyarakat internasional untuk mendukung inisiatif ini demi pemulihan dan rekonstruksi wilayah yang terdampak konflik berkepanjangan.

Langkah OKI ini dianggap sebagai upaya konkret dalam menstabilkan situasi di Gaza yang telah lama menjadi pusat konflik. Dengan mengadopsi usulan Liga Arab, badan yang beranggotakan 57 negara Muslim ini berharap dapat mengoordinasikan bantuan internasional guna membangun kembali Gaza. Dalam pernyataannya, OKI menekankan pentingnya dukungan dari komunitas global serta lembaga pendanaan internasional untuk mewujudkan rencana ini.

Di tengah dukungan terhadap inisiatif tersebut, muncul berbagai tanggapan dari pihak-pihak yang berkepentingan. Alternatif yang diusulkan oleh Mesir, yang mendapat kritik luas, bertujuan untuk membangun kembali Gaza di bawah pemerintahan Otoritas Palestina di masa depan. Namun, masih ada perdebatan mengenai peran Hamas, yang saat ini mengendalikan Jalur Gaza, dalam skema tersebut.

Pertemuan darurat OKI di Jeddah menjadi momen penting dalam diplomasi kawasan, terutama terkait masa depan Gaza. Dalam pernyataan resminya, OKI menyebut bahwa rencana pemulihan dan rekonstruksi awal Gaza harus segera mendapat dukungan dari komunitas global. Tanpa adanya bantuan yang memadai, upaya pemulihan ini dikhawatirkan akan menghadapi kendala besar.

Menteri Luar Negeri Mesir, Badr Abdelatty, menyatakan bahwa pihaknya menyambut baik adopsi rencana ini oleh OKI. Ia berharap agar dukungan internasional semakin meluas, termasuk dari Amerika Serikat dan negara-negara besar lainnya seperti Jepang, Rusia, dan China. Abdelatty menegaskan bahwa langkah selanjutnya adalah membawa rencana ini ke tingkat internasional agar mendapatkan legitimasi yang lebih kuat.

Sementara itu, usulan Mesir yang tidak secara jelas menguraikan peran Hamas dalam skema rekonstruksi Gaza menjadi salah satu titik perdebatan. Amerika Serikat dan Israel telah menyatakan ketidaksetujuan mereka terhadap rencana tersebut, dengan alasan bahwa tanpa adanya kejelasan mengenai kepemimpinan di Gaza, rencana ini tidak akan efektif.

Di sisi lain, mantan Presiden AS Donald Trump memicu kontroversi dengan usulannya mengenai Gaza. Trump sebelumnya menyarankan agar AS mengambil alih wilayah tersebut dan menjadikannya sebagai "Riviera Timur Tengah". Pernyataan ini memicu kecaman dari berbagai pihak, termasuk Raja Yordania Abdullah II, yang dengan tegas menolak gagasan tersebut.

Pakar politik dari Pusat Studi Politik dan Strategis Al-Ahram di Kairo, Rabha Seif Allam, menilai bahwa Mesir tengah berupaya membangun koalisi luas yang menolak pemindahan warga Palestina dari Gaza. Dalam analisisnya, ia menyebut bahwa upaya Mesir ini diarahkan untuk mencari dukungan yang lebih besar dari negara-negara Arab dan komunitas internasional.

Sementara diskusi mengenai masa depan Gaza terus berkembang, keputusan OKI untuk mengadopsi rencana Liga Arab dianggap sebagai langkah strategis dalam upaya mencari solusi jangka panjang bagi wilayah yang telah lama dilanda konflik ini.