Unras.com - Jakarta - Generasi Z mulai meninggalkan smartphone. Kata kunci ini menjadi sorotan dalam berbagai laporan terbaru terkait tren teknologi di kalangan anak muda. Dalam beberapa tahun terakhir, fenomena Gen Z yang bosan dengan ponsel pintar mulai marak terjadi, terutama di Amerika Serikat dan kini menjalar ke berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia.

Fenomena ini bukan sekadar angin lalu. Jose Briones, seorang influencer yang dikenal sebagai pendukung 'dumb phone', menyebut bahwa generasi muda merasa jenuh dengan layar smartphone. Dalam kutipan yang dimuat CNBC International, ia menyatakan bahwa sebagian besar Gen Z kini melirik kembali ke ponsel jadul atau feature phone sebagai bentuk pelarian dari kecanduan digital.

Tren beralihnya Gen Z dari smartphone ke feature phone menjadi fenomena menarik yang patut dicermati. Di tengah derasnya inovasi teknologi, kehadiran perangkat sederhana justru menjadi pilihan utama kalangan muda yang mendambakan ketenangan dan kesederhanaan.

Tren Feature Phone di Kalangan Gen Z Meningkat

Keinginan untuk 'detoks digital' membuat banyak Gen Z mencari alternatif yang tidak mengganggu kesehatan mental mereka. Feature phone atau ponsel jadul menawarkan hal itu. Tak hanya bebas dari gangguan notifikasi media sosial, perangkat ini juga memiliki daya tahan baterai yang jauh lebih unggul.

Di Amerika Serikat, peningkatan penjualan feature phone menjadi sinyal kuat perubahan perilaku konsumen. Menurut data, penjualan perangkat ini bisa mencapai puluhan ribu unit per bulan sejak 2022. Di saat yang sama, penjualan smartphone secara global justru menunjukkan penurunan.

Fenomena ini memberi keuntungan besar bagi HMD Global, perusahaan yang memegang lisensi Nokia. Mereka melihat lonjakan permintaan terhadap ponsel model lama yang populer di awal 2000-an. Nokia menjadi simbol nostalgia yang kini bertransformasi menjadi solusi gaya hidup baru bagi Gen Z.

Dominasi Feature Phone di Pasar Global

Sementara pasar utama feature phone secara tradisional berada di Timur Tengah, Afrika, dan India, tren di negara maju menunjukkan sinyal bahwa pasar baru mulai terbentuk. Counterpoint Research melaporkan bahwa sekitar 80% pasar feature phone pada tahun lalu berasal dari kawasan tersebut.

Namun yang menarik, perubahan perilaku Gen Z di negara-negara seperti AS dan Indonesia turut membuka peluang baru di luar pasar tradisional. Permintaan yang tumbuh dari kalangan muda bisa menjadi titik balik bagi perusahaan teknologi untuk meninjau ulang strategi produk mereka.

Pasar Smartphone Indonesia Masih Lesu

Kondisi pasar smartphone di Indonesia sendiri belum sepenuhnya pulih. Menurut laporan Worldwide Quarterly Mobile Phone Tracker dari IDC, pasar smartphone Indonesia mengalami penurunan sebesar 14,3% pada 2023. Jumlah unit yang dikirimkan hanya mencapai 35 juta, jauh dari harapan banyak vendor.

Penurunan daya beli masyarakat menjadi faktor utama yang memengaruhi angka tersebut. Meskipun sebagian masyarakat tetap membutuhkan perangkat komunikasi modern, harga smartphone yang tinggi menjadi penghalang utama bagi segmen tertentu.

Tahun 2024, Pasar Smartphone Mulai Pulih

Memasuki 2024, situasi pasar menunjukkan sinyal positif. Secara keseluruhan, terjadi pertumbuhan sebesar 15,5% dibanding tahun sebelumnya. Jumlah pengiriman smartphone meningkat menjadi hampir 40 juta unit sepanjang tahun. Hal ini menunjukkan adanya pemulihan, meski masih belum merata di seluruh segmen.

Pertumbuhan paling mencolok terjadi di segmen ultra low-end, yaitu perangkat dengan harga di bawah Rp 1,6 juta. Transsion menjadi pemain dominan di segmen ini, menawarkan produk murah dengan fitur kompetitif. Segmen menengah dengan harga Rp 3,2 juta hingga Rp 9,8 juta juga mencatat pertumbuhan kuat, dipimpin oleh OPPO.

HP Mahal Mulai Ditinggalkan

Sementara itu, smartphone premium justru mengalami penurunan. Perangkat dengan harga di atas Rp 10 juta turun 9,2% secara tahunan. Salah satu penyebabnya adalah larangan penjualan iPhone 16 pada kuartal keempat 2024, yang berdampak signifikan terhadap total volume pengiriman.

Hal ini memperkuat tren bahwa masyarakat kini lebih berhati-hati dalam membelanjakan uang untuk gadget. Bahkan mereka yang biasanya memilih perangkat flagship kini mulai melirik opsi lebih murah atau bahkan mempertimbangkan feature phone sebagai pilihan alternatif.

Kenaikan Pangsa Smartphone 5G

Di sisi lain, adopsi teknologi 5G menunjukkan peningkatan signifikan. Pada 2024, pangsa smartphone 5G di Indonesia naik dari 17,1% menjadi 25,8%. Peluncuran berbagai model baru dan semakin banyaknya pilihan dengan harga terjangkau menjadi pendorong utama pertumbuhan ini.

Dengan meningkatnya akses terhadap jaringan generasi kelima, konsumen kini memiliki lebih banyak pilihan untuk menikmati koneksi internet cepat tanpa harus mengeluarkan banyak biaya. Namun demikian, tidak semua pengguna merasa perlu mengganti perangkat hanya demi kecepatan internet—khususnya Gen Z yang mulai bosan dengan perangkat canggih.

Masa Depan Ponsel: Antara Nostalgia dan Efisiensi

Perpindahan sebagian Gen Z dari smartphone ke feature phone menunjukkan adanya perubahan cara pandang terhadap teknologi. Ketimbang selalu mengikuti tren terbaru, mereka lebih memilih perangkat yang sesuai kebutuhan dan gaya hidup minimalis. Hal ini bukan hanya tentang harga, tetapi juga tentang kualitas hidup dan kontrol atas waktu serta perhatian mereka.

Di tengah kondisi pasar yang dinamis, perusahaan teknologi perlu menanggapi perubahan ini dengan cermat. Keseimbangan antara inovasi dan kesederhanaan bisa menjadi kunci keberhasilan dalam menjangkau generasi pengguna berikutnya.